Banjir Berulang Rendam Rumah Warga Desa Lukulamo: Masyarakat Resah, Sungai Kali Kobe Berubah Warna Pasca Aktivitas Tambang PT. IWIP di Halmahera Tengah

Halmahera Tengah, faktahukumnusantara.com – Banjir kembali melanda kawasan pemukiman warga Desa Lukulamo, Kecamatan Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengah, pada Senin malam, 19 Mei 2025. Hujan deras yang mengguyur wilayah hulu Sungai Kali Kobe menyebabkan air meluap hingga memasuki rumah-rumah warga. Peristiwa ini menambah panjang daftar banjir yang terus berulang dalam beberapa tahun terakhir, dan semakin memicu keresahan masyarakat setempat.

Banjir kali ini disebut berbeda dari banjir yang terjadi 10 hingga 15 tahun lalu. Dulu, banjir dianggap sebagai fenomena musiman yang hanya terjadi setiap 3 hingga 4 tahun sekali. Namun kini, menurut warga, banjir datang hampir dua bulan sekali, seiring dengan meningkatnya curah hujan dan berubahnya karakter Sungai Kali Kobe. Warga menduga kondisi ini sangat terkait dengan kehadiran dan aktivitas perusahaan tambang nikel, PT. Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), yang beroperasi di wilayah Kecamatan Weda Tengah.

Menurut pantauan langsung jurnalis faktahukumnusantara.com, tampak sejumlah warga kesal dan pasrah menghadapi kenyataan bahwa rumah mereka kerap tergenang banjir. Selain merusak barang-barang di dalam rumah, banjir juga terjadi pada malam hari, waktu di mana masyarakat seharusnya beristirahat. Namun, warga terpaksa begadang untuk menyelamatkan perabot rumah tangga dari terjangan air.

“Kami sangat lelah. Hampir setiap dua bulan, rumah kami kebanjiran. Tidak bisa tidur nyenyak karena harus menyelamatkan barang-barang. Ini bukan lagi bencana alam biasa, ini sudah jadi bencana ekologis yang sistematis,” ujar salah seorang warga dengan nada kesal.

Mereka juga mengungkapkan bahwa kondisi Sungai Kali Kobe telah berubah drastis. Dulu, air sungai jernih dan bisa langsung digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti minum, memasak, mandi, dan mencuci. Namun kini, air sungai berubah menjadi keruh kecoklatan, bahkan sering kali disertai lumpur, yang diduga berasal dari aktivitas pertambangan di area sekitar.

“Orang tua-tua kampung bilang, dulu air Kali Kobe bisa langsung diminum. Tapi sekarang? Tidak ada lagi air jernih. Bahkan mau cuci pun takut kulit gatal,” ungkap warga lainnya.

Selain warga Desa Lukulamo, dampak banjir ini juga dirasakan oleh karyawan PT. IWIP dan pengguna jalan di sekitar wilayah tersebut. Akses jalan utama yang menghubungkan ke kawasan industri sering kali tertutup oleh air, menyulitkan mobilitas masyarakat umum maupun kendaraan operasional perusahaan.

Kondisi ini menunjukkan bahwa masalah banjir di Halmahera Tengah tidak lagi bisa dianggap enteng. Pemerintah daerah maupun pusat didesak untuk segera melakukan investigasi mendalam terhadap hubungan antara perubahan lingkungan, degradasi hutan, dan ekspansi pertambangan yang masif di kawasan tersebut.

Warga berharap adanya perhatian serius dari instansi terkait, termasuk pengawasan lingkungan yang lebih ketat terhadap aktivitas perusahaan tambang. Mereka juga meminta adanya solusi konkret dan berkelanjutan agar peristiwa banjir tidak terus menjadi mimpi buruk yang mengintai setiap kali hujan turun.

“Kalau ini dibiarkan, bukan hanya rumah yang hilang, tapi generasi kami juga akan kehilangan kampung halaman yang sudah dihuni turun-temurun,” tegas seorang tokoh masyarakat Desa Lukulamo.

(Red/Nuel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *