Final Piala Dunia U-20 2025: Argentina Tantang Maroko Usai Tumbangkan Kolombia 1-0 di Laga Menegangkan

Jakarta — Malam di Stadion Nasional Julio Martinez Pradanos, Chile, berubah jadi saksi betapa kerasnya perjuangan Argentina U-20 menembus final Piala Dunia U-20 2025. Di bawah sorotan lampu stadion yang megah, skuad muda La Albiceleste menundukkan Kolombia 1-0 dalam laga semifinal yang penuh drama, adu taktik, dan emosi yang memuncak dari menit awal hingga peluit panjang berbunyi.

Dan ya, kemenangan tipis ini cukup membawa Argentina untuk melangkah ke partai puncak, menghadapi kejutan turnamen — Maroko — yang sebelumnya berhasil menyingkirkan Prancis lewat adu penalti.

Awal Pertandingan: Kolombia Langsung Tancap Gas

Begitu wasit meniup peluit tanda dimulainya laga, Kolombia tidak menunggu lama untuk menunjukkan intensitas mereka. Baru sembilan menit berjalan, penyerang muda Joel Canchimbo hampir saja membuka keunggulan. Berawal dari umpan silang akurat Oscar Perea dari sisi kanan, Canchimbo menyundul bola dengan tajam. Tapi, Santino Barbi — kiper muda Argentina — sigap membaca arah bola dan mengamankannya dengan tenang.

Momen itu seolah jadi sinyal bahwa Kolombia datang bukan untuk bertahan. Mereka menekan, menggempur, dan mencoba memanfaatkan kecepatan lini depan. Namun, di sisi lain, Argentina juga bukan tim yang mudah panik. Mereka perlahan menata ritme, membangun serangan dari kaki ke kaki, mencari celah di antara rapatnya lini belakang Kolombia.

Pertarungan Ketat di Babak Pertama

Laga berjalan cepat, keras, tapi tetap dalam batas fair play. Di tengah tekanan dari kedua tim, duel lini tengah jadi medan tempur sesungguhnya. Milton Delgado dan Valentino Acuña dari Argentina bekerja keras memutus aliran bola Kolombia yang dikomandoi Elkin Rivero.

Peluang emas lain datang di menit ke-42, kali ini dari Juan Arizala. Tendangan kerasnya dari luar kotak penalti nyaris membuat Kolombia unggul, namun bola hanya meluncur tipis di sisi kanan gawang Barbi.

Babak pertama pun berakhir dengan skor kacamata, 0-0. Tapi dari cara kedua tim bermain, jelas kalau ini bukan pertandingan yang akan selesai tanpa drama di babak kedua.

Babak Kedua: Kolombia Tekan, Argentina Balik Menggigit

Begitu babak kedua dimulai, Kolombia langsung mengganti pendekatan. Mereka tampil lebih agresif, seolah ingin menebus kegagalan mencetak gol di babak pertama.

Pada menit ke-54, Renteria melepaskan tembakan keras yang mengarah ke gawang, tapi lagi-lagi Barbi jadi tembok kokoh yang sulit ditembus. Hanya tiga menit berselang, kiper Argentina itu kembali menunjukkan refleks luar biasa ketika menggagalkan sundulan Arizala.

Namun, sepak bola memang soal siapa yang bisa memanfaatkan peluang, bukan soal siapa yang paling banyak menyerang. Dan di menit ke-71, Argentina membuktikannya.

Gol Mateo Silvetti: Dari Aksi Magis Gianluca Prestianni

Gol tunggal kemenangan Argentina lahir dari momen brilian Gianluca Prestianni — sang pemain muda yang dikenal dengan kelincahan dan dribel mautnya. Dari tengah lapangan, Prestianni menggiring bola melewati satu pemain Kolombia, lalu mengirimkan umpan terobosan tajam ke arah Mateo Silvetti di sisi kanan.

Tanpa pikir panjang, Silvetti menuntaskan umpan itu dengan tembakan keras yang tak mampu dijangkau kiper Jordan Garcia. 1-0 untuk Argentina, dan seketika seluruh bangku cadangan La Albiceleste meledak dalam sorak sorai.

Gol ini bukan hanya menunjukkan ketajaman Silvetti, tapi juga kecerdasan permainan Prestianni yang tampaknya bakal jadi nama besar di masa depan.

Kolombia Tertekan dan Harus Bermain dengan 10 Pemain

Tertinggal satu gol membuat Kolombia mulai kehilangan fokus. Mereka berusaha menyerang dengan segala cara, tapi Argentina yang sudah unggul justru makin nyaman mengatur tempo.

Krisis semakin dalam bagi Kolombia ketika Jhon Renteria — yang baru masuk sebagai pemain pengganti — harus keluar lapangan setelah mendapat kartu kuning kedua di menit ke-78.

Dengan sepuluh pemain tersisa, Kolombia mencoba bertahan sambil sesekali melancarkan serangan balik. Tapi Argentina, dengan keunggulan jumlah pemain, justru nyaris menggandakan skor. Alejo Sarco punya peluang emas di menit ke-84, namun bola hasil tembakannya melebar tipis dari gawang.

Menjaga Keunggulan Hingga Akhir

Waktu terus berjalan, dan Kolombia semakin frustrasi. Upaya mereka untuk menyamakan kedudukan selalu mentok di kaki atau tangan pemain Argentina yang tampil disiplin.

Santino Barbi, sang kiper, layak disebut sebagai salah satu pahlawan dalam laga ini. Refleksnya, ketenangannya, dan ketepatan dalam membaca arah bola membuat Kolombia benar-benar frustrasi.

Hingga peluit panjang berbunyi, skor 1-0 tak berubah. Argentina pun resmi mengamankan tiket ke final Piala Dunia U-20 2025.

Perjalanan Argentina: Dari Tekanan ke Kejayaan

Kemenangan ini menjadi bukti konsistensi Argentina U-20 di turnamen ini. Di bawah arahan pelatih muda yang energik, skuad muda mereka menunjukkan kombinasi sempurna antara teknik tinggi dan mental juara.

Dari fase grup hingga semifinal, Argentina menunjukkan karakter kuat: sabar saat ditekan, dan mematikan saat mendapat peluang. Nama-nama seperti Gianluca Prestianni, Mateo Silvetti, dan Santino Barbi kini mulai dikenal publik dunia — bukan hanya sebagai talenta muda, tapi sebagai generasi penerus kejayaan sepak bola Argentina.


Final Impian: Argentina vs Maroko

Dan kini, panggung final sudah menanti. Argentina akan menghadapi Maroko, tim kejutan yang menumbangkan Prancis lewat adu penalti 5-4 setelah bermain imbang 1-1 di waktu normal.

Pertemuan ini menarik karena mempertemukan dua gaya permainan yang sangat berbeda: Argentina dengan permainan menyerang yang atraktif dan Maroko dengan pertahanan solid serta transisi cepat.

Bagi Argentina, ini bukan sekadar laga final — ini kesempatan untuk menegaskan dominasi mereka di level U-20. Tapi bagi Maroko, ini adalah panggung emas untuk membuktikan bahwa sepak bola Afrika kini bukan lagi pelengkap, melainkan pesaing sejati di level dunia.

Susunan Pemain: Argentina U-20 vs Kolombia

Argentina U-20:
Santino Barbi (kiper); Dylan Gorosito, Tobias Ramirez, Tomas Perez, Juan Villalba; Julio Soler, Milton Delgado, Valentino Acuña; Ian Subiabre, Alejo Sarco, Gianluca Prestianni.

Kolombia U-20:
Jordan Garcia (kiper); Julian Bazan, Simon Garcia, Yeimar Mosquera, Juan Arizala; Kener Gonzalez, Elkin Rivero, Joel Romero; Joel Canchimbo, Oscar Perea, Emilio Aristizabal.

Analisis Singkat: Ketika Ketajaman Menang atas Dominasi

Jika dilihat dari jalannya pertandingan, Kolombia sebenarnya tampil lebih dominan dalam hal penguasaan bola dan peluang. Namun, Argentina tampil jauh lebih efisien. Mereka tahu kapan harus menyerang, kapan harus menunggu, dan kapan harus menutup ruang.

Inilah perbedaan antara tim yang punya mental juara dan tim yang masih mencari jati diri. Argentina bermain cerdas, tidak terburu-buru, dan mampu menjaga fokus hingga akhir.

Sedangkan Kolombia, meski bermain berani, justru kehilangan keseimbangan di saat krusial. Kartu merah Renteria adalah bukti betapa tekanan di semifinal bisa membuat pemain kehilangan kendali.

Menuju Final: Harapan, Tekanan, dan Sejarah

Laga final melawan Maroko nanti akan jadi ujian sesungguhnya bagi Argentina. Di satu sisi, mereka datang dengan status favorit. Tapi di sisi lain, Maroko bukan lawan sembarangan — tim ini baru saja menyingkirkan juara bertahan Eropa, Prancis.

Publik menanti apakah Argentina bisa menambah koleksi trofi dunia di level U-20, atau justru Maroko menulis sejarah baru sebagai tim Afrika pertama yang menjuarai turnamen ini.

Apapun hasilnya nanti, satu hal pasti: Piala Dunia U-20 2025 di Chile telah menghadirkan cerita luar biasa tentang talenta muda, perjuangan, dan mimpi besar yang lahir dari kaki-kaki kecil yang berani bermimpi besar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *