“Hari Pendidikan Nasional seharusnya menjadi momentum reflektif bagi bangsa untuk mengevaluasi dan memperbarui komitmen terhadap masa depan generasi, terutama anak usia dini. Namun, realitas menunjukkan bahwa masyarakat masih memandang pendidikan anak usia dini sebagai tempat penitipan anak sementara, bukan sebagai ruang awal pembentukan karakter dan fondasi belajar yang sesungguhnya.
*Pentingnya Peran Orang Tua*
Orang tua seharusnya menjadi cermin bagi anak-anaknya, namun banyak dari mereka terlalu sibuk mengejar produktivitas ekonomi hingga lupa bahwa pendidikan anak usia dini bukan bisa didelegasikan sepenuhnya pada lembaga. Di usia emasnya, anak membutuhkan perhatian, dialog, dan kehadiran emosional orang tua.
*Peran Negara*
Negara harus hadir secara nyata dengan keberpihakan anggaran, pelatihan guru, dan pengawasan mutu yang berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Saat ini, banyak guru PAUD bergaji di bawah upah layak, bekerja dalam sistem yang tidak stabil, dan minim pelatihan.
*Peran Media*
Budaya media juga harus berperan dalam mendidik anak-anak, bukan hanya sebagai hiburan. Hari Pendidikan Nasional seharusnya menjadi panggilan bagi media untuk mengambil peran edukatif, bukan sekadar konsumtif.
*Tanggung Jawab Kolektif*
Pendidikan anak usia dini adalah tanggung jawab kolektif yang melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Jika bangsa ini ingin mencetak generasi yang unggul, maka pendidikan anak usia dini harus diletakkan di garda terdepan sebagai fondasi, bukan sebagai beban.
Mari kita cabut akar apatisme sosial itu dan memulai dari diri kita sendiri, karena tidak ada pendidikan bermutu tanpa kesadaran kolektif bahwa anak-anak hari ini adalah arsitek masa depan yang harus kita jaga dengan cinta, ilmu, dan komitmen.