“Sebuah Dongen Tentang Cinta, Kebangkitan Empati, Dan Revolusi. Terinspirasi dari sebuah kisah pembuka “Dalam Diam Kita Tertindas” Bukunya Alto Makmuralto.
Alkisah. Di sebuah negeri kepulauan (Imperium Penipu). Terdapat Negeri Dongen, namanya. Mana dalam negeri ini, ada kekayaan alam yang melimpah ruah. Baik Darat, Laut, bahkan dalam Tanahnya. Di darat, hasil pertanian masyarakat begitu banyak tumbuh dan subur, Di laut ikan dengan berbagai macam jenisnya ada, Di dalam Tanah apalagi, tidak di ragukan! tersimpan begitu banyak Emas, Nikel, Biji Nikel, dan sejenisnya. Saking banyaknya kekayaan alam di negeri dongeng, orang yang mendengarnya pasti mengira, Tuhan sengaja menciptakan negeri ini, menyerupai kesempurnaan Sang Tuhan di dalamnya. Akan tetapi sayang, Mayoritas masyarakatnya hidup dalam bayang-bayang kemiskinan. Kamis, 5/6/2025
Negeri ini, di pemimpin seorang Ratu yang amat begitu cantik secara fisik. Wajahnya yang putih mulus itu, telah menjadikan ia Ratu yang di pilih oleh masyarakat. Saat di adakan pemilihan pemimpin, untuk menggantikan sang Raja yang telah kehabisan waktunya memimpin. Yang mana, sesaat sebelum kekuasaan sang Raja berakhir, ia malah di Vonis sebagai terdakwa, penyalahgunaan kekuasaan, dan pencurian uang rakyat, (Bahasa politiknya, Korupsi). Maka rakyat pun kecewa. Begitulah awal mula sang Ratu cantik, dapat menduduki tahta dengan mudah. Karena masyarakat yang kehilangan kepercayaan tersebut dimanfaatkan sang Ratu dengan memunculkan wajah polosnya dengan slogan, pilih yang cantik. Telah menjadikan krisis sebagai peluang. Dan terbukti ampuh, kemudian ia menangkan pertarungan. Bersamaan cita-cita, dan harapan rakyat di letakkan di atas pundaknya.
Kendati demikian, rakyat harus kembali menelan kecewa. Alih-alih kebijakan yang seharusnya ia buat untuk kesejahteraan rakyat negeri Dongen, malah kebalikan. tidak seperti wajahnya. Paras yang cantik ia miliki, sekedar di manfaatkan demi kepentingan pribadi dan golongannnya. Semisal, manakala ada proyek yang ia buat dengan dalih untuk negeri Dongen. Segera saja, ia masukkan setiap perusahan yang berada di bawah kendalinya untuk memenangkan tender. Sementara, rakyat masih saja sibuk mengagumi kecantikan ratu, sampai lupa kebenarannya. Tragis, bukan?
Lalu suatu hari, Sadarlah seorang pemuda kumal berjulukan si Gelembung. yang melihat realitas berbeda, dari masyarakat umumnya. Segera mencoba untuk membuka kedok sang Ratu yang selama ini bertopeng kepolosan. Yang sebenarnya munafik. Ratu memiliki ambisi luar biasa dalam memperkaya diri sendiri. Meskipun, mana sang Ratu yang konon katanya, disebut-sebut sebagai salah satu ratu terkaya dalam Imperium Penipu. Tidaklah menjamin, nafsu mengumpulkan harta berhenti.
Sehingga, untuk menghentikan sang Ratu. Salah satu cara si Gelembung temukan, ialah dengan menceritakan dongen akan sikap sebenarnya sang Ratu di hadapan publik. Tapi sayang, masyarakat masih terperdaya pada penampilan sang Ratu, yang bagaikan mantra hibnotis. Tentu, tak mudah percaya begitu saja pada si Gelembung.
Meskipun begitu, si Gelembung yang setiap harinya hadir di ruang-ruang kuliah. tidak putus asa. Ia masih saja mendongen, bahkan di saat sekedar berkumpul bersama kawannya, ia tentu saja menceritakan kisah sang Ratu. Walau, dengan cerita yang menokohkan orang lain. Tetapi nasib baik tidak selalu bersamanya. Dongennya malah terdengar oleh penjilat kekuasaan sang Ratu, yang tentu saja kisah tersebut terdengarlah pula sang Ratu. Maka, tanpa berpikir Panjang sang Ratu, mengutus prajurit kepercayaannya untuk menangkap si Gelembung dan di jebloskon dalam tahanan. Dengan alasan, ia telah memfitnah sang Ratu dengan menyebarkan berita bohong, melalui dongengnya.
Lantas, berita pengkapan si Gelembung, pun tersebar ke seluruh penjuru negeri Dongeng. Dan menimbulkan berbagai pertanyaan dari setiap orang yang mendengar kisah tragis si Gelembung. Dengan sudut pandang bervariasi, ada yang pro, ada pula yang kontra. Tentu saja! Bahkan, kisah tersebut beberapa waktu menjelang masih terus menggema di seluruh negeri, dengan kisah dongen yang terus di teruskan. dari mulut kemulut, lalu terdengar yang lain, kisah di teruskan lagi, dan lagi. Seolah kisah lelaki dan dongennya itu tak berakhir, selama bebarapa hari sampai minggu. Namun, belum ada yang berani mempertanyakan kebenaran pada sang Ratu, beserta prajuritnya.
Sementara itu, disisi yang berbeda si Gelembung masih terus di introgasi dalam tahanan. Dengan berbagai macam pertanyaan. Meski arah pertanyaannya satu, Mengarah pada Dongen tersebut di buat untuk memfitnah si Ratu. Tentu saja, si Gelembung tidak bergeming. Menurutnya, ia tidak memfitnah. Sehingga, proses introgasi tidak mudah di lewati karena berbagai macam bentuk penyikssan yang sudah tidak manusiawi terjadi. Di tidurkan di atas balok es, di strum, di pukul pakai selang, dan masih banyak lagi kekejian lainnya. Dan penyiksaan itu, tidak berakhir begitu saja. Karena, meskipun di siksa si Gelembung tak sedikit kendor nyalinya, untuk tidak menjawab pertanyaan. Yang menurut ia tak perlu di jawab.
Singkat cerita. Pada suatu hari, saat semua orang sudah hampir melupakan kisahnya. Datanglah kekasih si Gelembung, yang sedang menempuh Pendidikan di kota seberang. Kota yang tak jauh dari negeri dongeng. Kota itu, masih terbilang berada dalam Imperium Penipu. Dan hanya satu alasan, kenapa kekasihnya bisa datang. Itu tak lain, dan tak bukan! Si pria kumal, berjulukan si Gelembung, sudah tak berkabar dengan kekasihnya sama sekali dalam beberapa bulan belakangan. Satu hal, yang tidak biasa.
Maka, Sebagai seorang kekasih yang baik. Dan yang merindukan kekasihnya, ia datang di negeri dongen untuk memastikan kabar daripada kekasihnya. Yang entah kenapa tiba-tiba menghilang tanpa kabar, Dan itu, tidak seperti biasanya si Gelembung lakukan. Karena meskipun sibuk-sibuknya si Gelembung dalam seminggu, pasti dia akan berkabar. Walau, sekedar sebuah pesan singkat “misalnya; kamu lagi apa? Aku baik-baik saja? Jangan kwatirkan aku. Belajar lah dengan giat, aku masih setia menunggu mu, sampai kamu selesai. Maka tenanglah.” Yang dengan begitu, mereka tetap berkabar. Pun meski, mereka dalam kondisi marahan sekalipun. Tetapi, semua itu berubah mendadak dan tanpa pemeberitahuan sama sekali, semenjak si Gelembung di tangkap. Jelaslah sudah. Kekasihnya yang tak tahu menahu hal itu sudah pasti khawatir. apalagi hilang tanpa sebuah pesan sama sekali, tidak seperti biasanya semenjak mereka saling kenal tiga tahun lamanya. yang sama sekali kejadian seperti itu tak pernah terjadi. Dan Tentu saja, kejadian ini terjadi semenjak si Gelembung di tangkap dan tidak lagi memegang Hp untuk berkomunikasi dengan orang di luar tahanan. Bahkan, kawan-kawan datang menjenguk saja tak di izinkan oleh pihak keamanan. Belum lagi, perlakuan mereka yang mewaspadai si pria tampaknya berlebihan dari tahanan biasanya, setingkat saat ia bergerak buang hajat saja, masih terus di kawal serta di awasi tanpa jeda. Bak seolah, dia adalah teroris yang sangat berbahaya, yang patut di waspadai setiap langkahnya.
Dan tanpa komunikasi dari orang luar itu, Menjadi motif kekasihnya datang ke negeri dongen untuk mencarinya. Biar si Gelembung memberitahu, apa alasannya menghilang tanpa kabar. Sayangnya, kedatangan sang Kekasih pada orang yang ia rindui. Tak dapat di temui selama beberapa hari berkunjung dan mencarinya dalam kota negeri Dongen. tempat yang seharusnya si Gelembung berada. Hanya saja, tempat si Kekasih ketahui sering di datangi si Gelembung. Tatkala di datangi tak juga muncul orang yang ia cari. Lantas, karena bosan akan proses pencarian si Gelembung yang tak muncul-muncul dan berbelit-belit. Ia berinsiasi, langsung datangi saja kampusnya, untuk menanyai orang-orang yang sempat pernah di kenalkan si Gelembung, melalui Via Wa ( Vidio Call). Yang mana bertemu teman se-fakultas sekaligus se-angkatan dengan si Gelembung. Yang pada akhirnya, terungkap kalau si Gelembung sementara berada dalam tahanan karena cerita dongeng yang ia buat.
Jelas murka lah sang Kekasih, mendengar itu. Ia mengira kekasihnya yang di rindukan itu menghilang, Barangkali sudah tak lagi mencintainya. Yang ternyata, semua itu terjadi, tidak seperti yang di duga. Lalu untuk menuntaskan rasa bersalahnya, yang telah menuduh si Gelembung, meski sebatas terbesit dalam pikirannya saja. Lantas, ia pun berupaya mengumpulkan massa dari teman-teman dia serta si Gelembung, dan seluruh orang yang kenal dia maupun si Gelembung. Agar ikut bersolidaritas dalam Gerakan menuntut pihak terkait untuk segera membebaskan si Gelembung, yang di tahan hanya karena menceritakan dongen. Dan sebelum Ia membangun Gerakan tersebut, sebenarnya telah mencoba ia datangi tempat si Gelembung di tahan, dengan meminta pada sipir prajurit secara baik-baik, sampai tingkat memohon asal kekasihnya di bebaskan, berapa saja tebusannya akan ia sanggupi, tetapi hasilnya nihil. Maka, baginya sudah tak ada jalan lain yang terpikirkan kecuali melawan pihak Ratu, dengan membangun solidaritas dari elemen akar rumput sebagaimana yang sering di ceritakan si Gelembung kepadanya, “sebuah rezim diktator tidak dapat roboh dengan mudah, kalau sedang berkuasa. Selain rakyat terpanggil, kemudian bersatu dengan kesadaran mereka untuk mendapati haknya dan memutuskan melawan kepada yang berkuasa, maka runtuhlah kekuasaan itu”
Untuk itu, dengan berbekal semangat tersebut ia mulai membangun konsolidasi. Baik, di tiap lingkup kawan-kawannya, elemen Gerakan organisasi pemuda dan sebagainya (Baik dari kiri, kanan, pula di tingkat masyarakat tidak berideologi sama sekali). Memang, dalam perjalannya tidaklah mudah, apalagi menyatukan berbagai macam elemen-elemen yang ada di negeri dongen. Tetapi, dengan keteguhan penderiannya, semua rintangan yang ia hadapi, dan setiap penolakan yang ia terima beberapa waktu belakangan tidak membuatnya mundur. Yang pada akhirnya membuahkan hasil. Dimana, saat gejolak Gerakan yang ia bangun selama beberapa hari terakhir, rupanya hari ini telah tercium aroma tanda-tanda kemenangan, yang mulai tampak di hadapannya. Di karena kan, Gerakan yang di buat pagi tadi bersama kawan-kawan pemuda, beberapa elemen gerakan dan masyarakat yang ada belum meraih kemenangan sepenuhnya, tetap saja telah menarik simpati masyarakat lain secara umum, untuk ikut terlibat dalam Gerakan tersebut. Di tambah dengan pengepungan terhadap mereka, dan pemukulan pada sejumlah masa aksi, sampai jatuh beberapa korban yang dilarikan kerumah sakit, rupanya berdampak pula kepada tergugahnya hati masyarakat.
Yang pada awalnya, masyarakat menganggap Gerakan itu biasa saja, setelah menyaksikan kebiadaban prajurit malah memicu kebangkitan amarah mereka kepada Ratu, bersama antek-anteknya. Sehingga, setelah selesai salat jum’at (dalam kondisi massa aksi yang masih terkepung, karena juga tidak memilih mundur) berbondong-bondong masa berdatangan, dan segera ikut bergabung dalam barisan. Yang sekaligus menandakanan kalau gelombang masa, sudah tidak akan lagi dapat di bendung pihak penguasa negeri dongen, melalui prajurit mereka. Karena, masa yang berdatangan begitu banyak. Terlihat seolah, jutaan semut rangrang berbaris rapi untuk melawan cacing yang telah merusak sarang mereka dan mengambil hak hidup anak-anak mereka.
Kemudian, Gerakan solidaritas yang tadinya di bangun atas dasar kepedulian untuk si Gelembung. tiba-tiba berubah arah, malah merambat serta mengarah tidak sekedar segera bebaskan si Gelembung, tetapi sudah bertambah tuntutan segera turunkan Ratu Cantik nan licik itu. Yang mulanya, itu bersumber dari seorang Gila yang kebetulan lewat lalu mengatakan; “Adili saja Ratu, semua persoalannya selesai”. Dengan kalimat orang gila itu, rupanya menghempaskan ruh semangat yang pernah muncul di revolusi prancis dalam diri massa, sehingga akhirnya gelombang masa yang seakan kerasukan menuntut pengadilan atas sang Ratu. Yang seketika terlaksana dengan eksekusinya Ratu di tempat, karena beberapa masa telah menculik ratu dari tahtanya. Semenjak itu, kekuasan sang Ratu di nyatakan berakhir oleh kehakiman masyarakat. Tepatnya saat itu juga. Bagaimanpun akhirnya, satu yang pasti, kekuatan rakyat yang bersatu tak terkalahkan. Dan lagi pula, mereka telah bangun dari kenyamanan Utopis akan hibnotis kecantikan paras yang di miliki sang Ratu. Yang selama ini, hanya untuk menyembunyikan kelicikannya. Akan tetapi hari ini, dengan kebangkitan rakyat, terbukti dapat merongrong kekuasaan se-Absolut apapun pasti berakhir juga.
Demikan pula, nasib buruk si Gelembung berakhir, ia keluar dari tahanan. Di bebaskan, salah satu prajurit yang di ancam masa akan di jatuhi juga bersama sang Ratu. Maka, dengan langkah gontai, perlahan ia melangkah keluar dari tahanan. Tanpa tahu, kalau ia telah memicu terjadi sebuah revolusi di negeri Dongen. Sesampainya ia di depan gerbang, tanpa mengetahui dan melihat di sekitarnya. Ia tak sadar, telah di tunggu oleh masa yang begitu sangat mengaguminya, bagai ia seorang super hero dalam Film Holywood atau Drakor. Lantas ia yang baru bebas, segera mencoba menghirup udara kebebasan, yang segar, nikmat dan penuh pengharapan di depannya. Melalui dua lubang hidung yang di anugerahi oleh sang pencipta, ia mengelola udara yang di hirup, berupa tarikan nafasnya begitu panjang, namun perlahan-lahan ia tahan beberapa saat di dalam rongga dadanya, sebelum di keluarkan lagi ke udara sebagai nikmat yang tak tergambarkan.
Tapi, seketika aktifitas itu terhenti. Saat tetesan air bening kerinduan sang kekasih, keluar dari kelopak mata yang sayu, penuh haru, bersatu dalam bahagia dan rindu yang terpencar jatuh membasahi pundaknya. Seketika ia tersadar, ternyata gadis yang juga ia rindukan. Selama beberapa waktu ini, sudah ada di hadapannya dan lagi membaringkan kepala mungilnya, tersandar di atas bahu si Gelembung. Sontak saja, si Gelembung yang mula-mula terlihat gagah berani di hadapan para introgator itu. Kini lunglai pasrah, secara pelan-pelan merasa lemah tulang-tulangnya dan tangisnya pun pecah seketika, sejadi-jadinya, dan tanpa sepatah kata pun yang sempat keluar dari mulutnya, tertinggal hanya air matalah yang seakan menceritakan segalanya. Dan itu semua terjadi, di saksikan oleh ratusan, oh tidak. barangkali ribuan pasang mata yang hadir di sana, yang juga turut serta terbawa suasana lalu menangisi pula, tanpa mereka tahu apa penyebabnya. Sementara dari tangisan haru dan rindunya mereka berdua, dan seluruh orang yang telah terkumpul di sana, yang juga mengeluarkan tetesan air mata. dengan segera tiba-tiba tetesan air mata yang tertumpah di tanah. Bergerak seirama dalam satu arah, lalu terkumpul dalam satu tempat. Membentuk kalimat: “BERHENTI TUNDUK, PADA KUASA DURJANA.!!! BAHWA, REVOLUSI TERJADI BISA SAJA DARI SATU DONGEN, MAKA BANGKITLAH MELAWAN.”